
Fakta Lapangan, 70% Sungai di Perkotaan Tidak Memenuhi Standar Kualitas Air
Greenlab Indonesia
Monday, 05 May 2025
Air sungai telah lama menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat—sebagai sumber air baku, sarana transportasi, hingga penunjang ekosistem. Namun, seiring perkembangan kota dan meningkatnya aktivitas industri serta rumah tangga, kualitas air sungai di banyak wilayah perkotaan terus menurun.
Berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), sekitar 70% sungai di wilayah perkotaan Indonesia tidak memenuhi standar baku mutu air. Ini bukan sekadar angka statistik—fakta ini menunjukkan kondisi krisis kualitas air yang nyata dan berdampak langsung pada kesehatan, lingkungan, dan kehidupan sosial.
Berikut kami rangkum beberapa poin penting tentang kondisi ini dan mengapa masyarakat serta pelaku usaha harus semakin peduli terhadap pengujian dan pengelolaan kualitas air.
1. Sungai Menjadi Tempat Pembuangan Limbah yang Tak Terkendali
Salah satu penyebab utama buruknya kualitas air sungai adalah limbah—baik dari rumah tangga, industri, maupun pertanian. Banyak sungai di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan digunakan sebagai tempat pembuangan akhir tanpa pengolahan terlebih dahulu.
Jenis limbah yang sering mencemari sungai:
-
Limbah domestik (sabun, deterjen, limbah toilet)
-
Limbah industri (bahan kimia, logam berat, oli)
-
Limbah pertanian (pupuk, pestisida)
Dampaknya, air sungai mengandung zat berbahaya seperti BOD, COD, amonia, fosfat, dan logam berat yang jauh di atas ambang batas standar baku mutu air kelas II dan III (sesuai PP No. 22 Tahun 2021).
2. Air Sungai Tidak Layak untuk Kebutuhan Sehari-Hari
Meskipun banyak warga masih bergantung pada air sungai untuk mencuci, mandi, atau bahkan kebutuhan irigasi, faktanya sebagian besar sungai perkotaan sudah tidak layak pakai tanpa pengolahan lanjut.
Menurut hasil pemantauan laboratorium lingkungan, parameter seperti BOD (Biochemical Oxygen Demand) dan Total Coliform pada beberapa titik pemantauan sungai menunjukkan angka yang sangat tinggi—menandakan pencemaran organik dan bakteri dari tinja manusia.
3. Pencemaran Sungai Mengancam Ekosistem dan Keanekaragaman Hayati
Sungai yang tercemar bukan hanya mengganggu manusia, tapi juga menghancurkan habitat ikan, tanaman air, dan mikroorganisme alami. Dalam jangka panjang, hal ini bisa menyebabkan:
-
Penurunan populasi ikan air tawar
-
Gangguan rantai makanan
-
Perubahan kualitas sedimen dan dasar sungai
4. Kurangnya Pengujian dan Pemantauan Berkala
Salah satu penyebab utama pencemaran tidak terdeteksi sejak awal adalah minimnya pengujian kualitas air secara berkala, baik oleh pemerintah, perusahaan, maupun masyarakat.
Padahal, pengujian parameter seperti:
-
pH
-
BOD/COD
-
TSS (Total Suspended Solid)
-
Amonia
-
Logam berat seperti Timbal (Pb) dan Merkuri (Hg)
sangat penting untuk mengetahui tingkat pencemaran air sungai secara objektif dan ilmiah.
5. Peran Laboratorium Lingkungan dalam Menjaga Kualitas Sungai
Untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran, langkah pertama yang harus dilakukan adalah melakukan pengujian kualitas air sungai secara berkala dan sesuai standar nasional.
Laboratorium lingkungan berperan penting dalam:
-
Memberikan data valid tentang kondisi air
-
Menjadi dasar untuk rekomendasi teknis atau tindakan hukum
-
Menilai efektivitas pengolahan limbah suatu industri atau kawasan
Tips: Jika Anda merupakan pelaku usaha, pengembang properti, atau pengelola kawasan industri, pastikan untuk melakukan pengujian air sungai dan limbah Anda secara rutin agar tetap sesuai dengan regulasi lingkungan.
Sungai Perkotaan Perlu Diselamatkan, Sekarang
Fakta bahwa 70% sungai di kota-kota Indonesia tidak memenuhi baku mutu air adalah sinyal serius bahwa kita semua perlu lebih peduli. Mulai dari mengurangi limbah, memperbaiki sistem sanitasi, hingga melakukan uji kualitas air secara berkala—setiap langkah kecil sangat berarti.