Pesan Anda telah berhasil terkirim. Kami akan segera meninjau pesan Anda dan menghubungi Anda sesegera mungkin.
Greenlab Indonesia
Monday, 29 Sep 2025
Bekerja dengan sistem shift malam adalah hal yang umum di banyak industri, seperti rumah sakit, pabrik, transportasi, hingga keamanan. Namun, di balik fleksibilitas waktu kerja, shift malam dapat berdampak pada kesehatan pekerja jika tidak diimbangi dengan pola hidup yang tepat.
Artikel ini akan membahas apa saja dampak shift malam terhadap kesehatan, serta tips untuk menguranginya.
Tubuh manusia memiliki ritme sirkadian, yaitu jam biologis yang mengatur siklus tidur, hormon, dan metabolisme. Ritme ini secara alami selaras dengan siang dan malam.
Ketika seseorang bekerja di malam hari, ritme sirkadian terganggu, sehingga tubuh harus beradaptasi dengan pola yang tidak alami. Inilah yang kemudian menimbulkan berbagai masalah kesehatan.
Gangguan Tidur
Pekerja shift malam sering mengalami insomnia atau kualitas tidur rendah karena tidur di siang hari tidak senyaman malam hari.
Kelelahan Kronis
Pola tidur tidak teratur dapat menyebabkan tubuh kekurangan energi, sehingga pekerja mudah lelah.
Masalah Pencernaan
Waktu makan yang tidak sesuai ritme tubuh bisa memicu gangguan lambung, maag, atau gangguan metabolisme.
Risiko Penyakit Jantung
Studi menunjukkan pekerja shift malam lebih berisiko terkena hipertensi dan penyakit kardiovaskular.
Penurunan Konsentrasi dan Produktivitas
Kurang tidur dan kelelahan dapat menurunkan fokus kerja, bahkan meningkatkan risiko kecelakaan.
Gangguan Mental
Shift malam yang berkepanjangan dapat memicu stres, kecemasan, hingga depresi.
Atur Pola Tidur : ciptakan suasana kamar yang gelap, tenang, dan sejuk agar tidur siang lebih berkualitas.
Jaga Pola Makan : konsumsi makanan bergizi seimbang, hindari kafein berlebihan menjelang tidur.
Rutin Berolahraga : lakukan aktivitas fisik ringan untuk menjaga kebugaran tubuh.
Gunakan Cahaya dengan Tepat : terpapar cahaya terang saat bekerja untuk menjaga kewaspadaan, lalu minimalkan cahaya saat tidur.
Istirahat Singkat : ambil jeda istirahat untuk mengurangi kelelahan saat shift malam.
Bekerja pada shift malam memang tidak bisa dihindari di banyak sektor pekerjaan. Namun, penting bagi pekerja dan perusahaan untuk memahami dampaknya terhadap kesehatan fisik dan mental. Dengan manajemen pola hidup yang tepat, risiko dari shift malam bisa dikurangi sehingga pekerja tetap sehat dan produktif.
Greenlab Indonesia
Monday, 29 Sep 2025
Dalam dunia kerja modern, kesehatan dan keselamatan pekerja menjadi prioritas utama. Salah satu aspek penting yang sering diabaikan adalah ergonomi. Penerapan ergonomi yang tepat tidak hanya meningkatkan produktivitas, tetapi juga berperan penting dalam mencegah cedera kerja yang bisa merugikan pekerja maupun perusahaan.
Lalu, apa sebenarnya ergonomi dan mengapa hal ini sangat penting?
Ergonomi adalah ilmu yang mempelajari cara mendesain sistem kerja, peralatan, dan lingkungan agar sesuai dengan kemampuan serta keterbatasan manusia. Tujuannya adalah menciptakan kondisi kerja yang aman, nyaman, dan efisien.
Dalam praktiknya, ergonomi meliputi:
Desain meja dan kursi kerja yang sesuai postur tubuh.
Penempatan alat kerja agar mudah dijangkau.
Pengaturan pencahayaan dan suhu ruangan.
Penggunaan alat bantu untuk mengurangi beban fisik.
Jika aspek ergonomi diabaikan, pekerja rentan mengalami:
Cedera Muskuloskeletal
Seperti nyeri punggung, leher kaku, atau carpal tunnel syndrome akibat posisi tubuh yang salah.
Kelelahan Fisik dan Mental
Pekerja lebih cepat lelah jika harus bekerja dalam posisi tidak nyaman.
Produktivitas Menurun
Rasa sakit atau gangguan kesehatan membuat pekerja sulit fokus.
Kecelakaan Kerja
Lingkungan kerja yang tidak ergonomis dapat meningkatkan risiko terpeleset, terjatuh, atau salah mengangkat beban.
Menyesuaikan Pekerjaan dengan Tubuh Manusia
Ergonomi membantu mengurangi beban fisik berlebihan dan meminimalkan risiko cedera.
Meningkatkan Kenyamanan dan Efisiensi
Lingkungan kerja yang nyaman membuat pekerja bisa bergerak lebih bebas tanpa stres fisik.
Mengurangi Biaya Perusahaan
Dengan berkurangnya cedera kerja, perusahaan dapat menekan biaya kompensasi, perawatan medis, dan absensi karyawan.
Meningkatkan Kesejahteraan Pekerja
Pekerja yang sehat dan nyaman akan lebih produktif serta memiliki kepuasan kerja yang tinggi.
Atur Postur Duduk : gunakan kursi dengan sandaran punggung, atur tinggi meja dan monitor.
Gunakan Alat Bantu : troli, forklift, atau alat angkat untuk mengurangi beban fisik.
Variasi Gerakan : hindari bekerja dalam posisi yang sama terlalu lama.
Sediakan Pencahayaan yang Cukup : cahaya alami atau lampu kerja yang tidak menyilaukan.
Edukasi dan Pelatihan : latih pekerja mengenai postur kerja yang benar dan pentingnya peregangan.
Ergonomi bukan hanya tentang kenyamanan, tetapi juga tentang keselamatan. Dengan penerapan ergonomi yang tepat, risiko cedera kerja dapat dicegah, produktivitas meningkat, dan kualitas hidup pekerja lebih baik.
Perusahaan yang peduli terhadap ergonomi tidak hanya melindungi karyawannya, tetapi juga berinvestasi pada keberlanjutan bisnis.
Greenlab Indonesia
Thursday, 25 Sep 2025
Dalam dunia industri modern, penggunaan radiasi sudah menjadi hal yang umum. Radiasi digunakan pada berbagai bidang, mulai dari medis, energi nuklir, pertambangan, hingga manufaktur. Meski bermanfaat, paparan radiasi yang tidak terkendali bisa menimbulkan risiko kesehatan serius bagi pekerja dan lingkungan.
Artikel ini membahas apa itu radiasi, risikonya di industri, serta langkah pencegahan yang harus dilakukan.
Radiasi adalah energi yang dipancarkan dalam bentuk gelombang atau partikel. Ada dua jenis utama radiasi:
Radiasi Non-Ionisasi → radiasi dengan energi rendah, misalnya gelombang radio, sinar inframerah, dan sinar ultraviolet.
Radiasi Ionisasi → radiasi dengan energi tinggi yang mampu merusak jaringan tubuh, misalnya sinar-X, sinar gamma, alfa, dan beta.
Dalam industri, radiasi ionisasi lebih sering digunakan dan berpotensi menimbulkan risiko kesehatan.
Kerusakan Sel dan DNA
Radiasi ionisasi dapat menembus tubuh dan merusak sel, yang berpotensi memicu mutasi genetik atau kanker.
Gangguan Organ Tubuh
Paparan radiasi dalam dosis tinggi bisa memengaruhi sumsum tulang, sistem pencernaan, hingga sistem saraf pusat.
Penyakit Akibat Radiasi
Sindrom radiasi akut (mual, muntah, kelelahan ekstrem).
Katarak akibat paparan sinar-X.
Risiko kanker darah (leukemia) atau kanker tiroid.
Dampak Lingkungan
Radiasi yang tidak terkontrol dapat mencemari tanah, air, dan udara, sehingga berbahaya bagi ekosistem sekitar.
Industri kesehatan (radiologi, radioterapi).
Industri energi (pembangkit listrik tenaga nuklir).
Pertambangan (uranium, thorium).
Manufaktur (pemeriksaan material dengan sinar-X dan gamma).
Penelitian laboratorium (eksperimen dengan isotop radioaktif).
Menggunakan APD (Alat Pelindung Diri)
Seperti apron timbal, sarung tangan khusus, dan kacamata pelindung.
Menerapkan Prinsip ALARA (As Low As Reasonably Achievable)
Menjaga paparan radiasi seminimal mungkin dengan membatasi waktu, menjaga jarak, dan menggunakan pelindung.
Kalibrasi dan Perawatan Alat
Mesin atau peralatan berbasis radiasi harus rutin diperiksa agar tidak bocor.
Monitoring Radiasi
Gunakan dosimeter untuk memantau tingkat paparan radiasi pekerja.
Pelatihan dan Edukasi
Pekerja wajib mendapat pelatihan mengenai bahaya radiasi, prosedur darurat, dan cara kerja yang aman.
Ruang dan Fasilitas Khusus
Area kerja dengan radiasi harus dilengkapi shielding (perlindungan dinding timbal atau beton) untuk mencegah kebocoran radiasi.
Paparan radiasi di industri adalah risiko nyata yang perlu dikelola dengan baik. Radiasi dapat menyebabkan kerusakan sel, kanker, hingga pencemaran lingkungan jika tidak dikendalikan.
Dengan menerapkan prinsip ALARA, penggunaan APD, monitoring, serta pelatihan pekerja, risiko paparan radiasi dapat diminimalisir tanpa mengurangi manfaat industri yang menggunakannya.
Greenlab Indonesia
Thursday, 25 Sep 2025
Dalam dunia pengujian dan penelitian, keakuratan data laboratorium adalah hal yang tidak bisa ditawar. Data yang salah tidak hanya merugikan secara finansial, tetapi juga bisa berdampak pada keputusan industri, kesehatan masyarakat, hingga kebijakan lingkungan.
Salah satu cara memastikan data laboratorium tetap valid adalah melalui audit laboratorium. Audit ini bertujuan mengevaluasi apakah kegiatan laboratorium sudah sesuai standar mutu dan regulasi.
Audit laboratorium adalah proses peninjauan sistematis terhadap prosedur, fasilitas, dan data laboratorium untuk memastikan semua kegiatan berjalan sesuai standar.
Audit biasanya dilakukan oleh:
Internal auditor → tim dari dalam laboratorium itu sendiri.
Eksternal auditor → lembaga independen atau regulator resmi (misalnya untuk akreditasi ISO 17025).
Menjamin Validitas Data
Audit memastikan bahwa semua prosedur pengujian dilakukan sesuai SOP, sehingga hasil uji lebih akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.
Meningkatkan Kredibilitas Laboratorium
Laboratorium yang rutin diaudit lebih dipercaya oleh klien, regulator, dan publik.
Mencegah Kesalahan Sistematis
Audit membantu menemukan celah kesalahan, baik dari peralatan, metode uji, maupun kompetensi personel.
Memastikan Kepatuhan Regulasi
Banyak sektor, seperti industri makanan, farmasi, atau lingkungan, mewajibkan audit laboratorium untuk memenuhi regulasi pemerintah.
Mendukung Akreditasi dan Sertifikasi
Audit merupakan bagian penting dalam menjaga akreditasi laboratorium, misalnya ISO 17025.
Audit Internal
Dilakukan secara rutin oleh tim laboratorium sendiri untuk mengevaluasi proses harian.
Audit Eksternal
Dilakukan oleh lembaga independen atau badan akreditasi untuk menilai apakah laboratorium sesuai standar internasional.
Audit Kepatuhan
Fokus pada regulasi pemerintah dan standar industri tertentu.
Audit Mutu
Menilai sistem manajemen mutu di laboratorium, termasuk kalibrasi alat, validasi metode, dan kompetensi personel.
Dokumentasi Lengkap → pastikan SOP, catatan uji, dan laporan tersedia dan rapi.
Kalibrasi Alat Secara Rutin → alat ukur harus terjaga akurasinya.
Pelatihan Personel → tim laboratorium harus memahami prosedur kerja sesuai standar.
Penerapan Sistem Manajemen Mutu → misalnya ISO 17025 sebagai acuan.
Simulasi Audit → latihan audit internal untuk mengantisipasi audit eksternal.
Audit laboratorium adalah langkah penting untuk menjamin kualitas dan keakuratan data. Proses ini tidak hanya meningkatkan kredibilitas laboratorium, tetapi juga mendukung kepatuhan terhadap regulasi serta menjaga kepercayaan klien.
Dengan audit yang rutin dan tepat, laboratorium dapat memastikan setiap data yang dihasilkan valid, akurat, dan dapat dipertanggungjawabkan.
Greenlab Indonesia
Monday, 22 Sep 2025
Dalam dunia laboratorium, kontaminasi silang adalah salah satu masalah serius yang dapat memengaruhi validitas hasil uji. Kontaminasi silang terjadi ketika sampel, peralatan, atau lingkungan kerja tercemar oleh mikroorganisme atau bahan kimia dari sumber lain.
Jika dibiarkan, kontaminasi silang bisa menyebabkan data tidak akurat, kerugian penelitian, bahkan risiko kesehatan bagi pekerja laboratorium. Oleh karena itu, memahami penyebab dan cara pencegahannya sangat penting.
Kontaminasi silang adalah masuknya kontaminan dari satu sampel ke sampel lain, baik berupa mikroorganisme, DNA, protein, maupun bahan kimia. Hal ini membuat hasil uji tidak valid karena sampel sudah tidak murni lagi.
Contoh kasus:
Sampel air uji bakteri yang terkontaminasi dari udara laboratorium.
Sisa reagen dari eksperimen sebelumnya yang menempel di peralatan.
Debu atau droplet dari pekerja yang tidak menggunakan APD dengan benar.
Peralatan Tidak Steril
Menggunakan pipet, tabung, atau media kultur yang belum disterilisasi dengan benar.
Lingkungan Laboratorium Tidak Bersih
Meja kerja, ruangan, atau udara yang penuh debu dan mikroorganisme dapat mencemari sampel.
Penggunaan APD yang Salah
Sarung tangan atau jas laboratorium yang kotor bisa menjadi media perpindahan kontaminan.
Prosedur Kerja yang Tidak Tepat
Misalnya membuka dua sampel sekaligus, atau tidak menutup tabung setelah digunakan.
Penyimpanan Sampel yang Buruk
Sampel yang disimpan di tempat terbuka atau wadah yang tidak rapat berpotensi tercemar.
Hasil uji tidak akurat : risiko salah diagnosis atau salah analisis.
Kerugian biaya : harus mengulang pengujian.
Ancaman kesehatan : pekerja bisa terpapar mikroorganisme berbahaya.
Menurunkan kredibilitas laboratorium di mata klien atau regulator.
Gunakan APD dengan Benar
Sarung tangan, masker, dan jas lab wajib digunakan serta diganti jika kotor.
Sterilisasi Peralatan Secara Rutin
Gunakan autoklaf, oven, atau disinfektan sesuai kebutuhan.
Pisahkan Area Kerja
Bedakan area untuk uji mikrobiologi, kimia, dan penyimpanan sampel.
Ikuti SOP dengan Disiplin
Jangan membuka beberapa sampel sekaligus, dan selalu tutup wadah sampel rapat-rapat.
Kontrol Kualitas Udara Laboratorium
Gunakan biosafety cabinet atau HEPA filter untuk mencegah kontaminasi dari udara.
Latih Personel Secara Berkala
Pekerja laboratorium harus memahami risiko dan cara kerja yang higienis.
Kontaminasi silang di laboratorium adalah ancaman nyata yang bisa mengganggu akurasi hasil uji dan membahayakan keselamatan. Penyebabnya bisa berasal dari peralatan, lingkungan, prosedur kerja, maupun kelalaian personel.
Dengan menerapkan APD, sterilisasi rutin, pemisahan area kerja, serta disiplin SOP, kontaminasi silang bisa dicegah. Laboratorium yang baik harus selalu mengutamakan kebersihan, keamanan, dan akurasi agar hasil pengujian tetap valid dan terpercaya.
Greenlab Indonesia
Monday, 22 Sep 2025
Dalam dunia laboratorium, kebersihan dan keamanan menjadi faktor utama yang menentukan keakuratan hasil uji. Dua istilah yang sering digunakan adalah sterilisasi dan disinfeksi. Keduanya sama-sama bertujuan mengendalikan mikroorganisme, tetapi memiliki perbedaan penting dalam tujuan, metode, dan tingkat efektivitasnya.
Lalu, apa bedanya sterilisasi dan disinfeksi, serta kapan masing-masing prosedur digunakan?
Sterilisasi adalah proses menghancurkan semua bentuk mikroorganisme, termasuk bakteri, virus, jamur, dan spora. Dengan kata lain, setelah dilakukan sterilisasi, permukaan atau peralatan benar-benar bebas dari kehidupan mikroba.
Autoklaf (Uap Panas Bertekanan) – metode paling umum untuk sterilisasi alat laboratorium berbahan logam, kaca, atau cairan tertentu.
Panas Kering (Oven) – digunakan untuk instrumen logam atau kaca.
Radiasi UV atau Gamma – untuk sterilisasi peralatan sensitif.
Filtrasi – untuk cairan atau udara yang tidak tahan panas.
Kapan digunakan?
Sterilisasi wajib dilakukan pada alat uji mikrobiologi, media kultur, jarum suntik, dan instrumen bedah yang harus bebas mikroba.
Disinfeksi adalah proses mengurangi atau membunuh sebagian besar mikroorganisme patogen pada permukaan benda mati. Namun, disinfeksi tidak selalu membunuh spora bakteri yang lebih tahan.
Alkohol (70%) – efektif untuk permukaan kerja atau alat kecil.
Klorin – sering digunakan untuk dekontaminasi cairan atau permukaan.
Hidrogen Peroksida – alternatif ramah lingkungan dengan efektivitas tinggi.
Formaldehida – kuat, tetapi harus digunakan dengan hati-hati.
Kapan digunakan?
Disinfeksi biasanya dilakukan pada meja kerja, lantai, dinding, atau peralatan non-kritis yang tidak kontak langsung dengan sampel uji steril.
Aspek | Sterilisasi | Disinfeksi |
---|---|---|
Tujuan | Membunuh semua mikroorganisme termasuk spora | Mengurangi/membunuh sebagian besar mikroorganisme, spora sering bertahan |
Metode | Autoklaf, oven, radiasi, filtrasi | Alkohol, klorin, hidrogen peroksida, formaldehida |
Tingkat Efektivitas | 100% (bebas mikroba) | Tidak 100%, masih mungkin ada mikroba tertentu |
Penggunaan | Alat steril, media kultur, instrumen medis/lab | Permukaan kerja, lantai, peralatan non-kritis |
Perbedaan utama antara sterilisasi dan disinfeksi terletak pada tingkat eliminasi mikroorganisme. Sterilisasi benar-benar membunuh semua mikroba, sedangkan disinfeksi hanya menurunkan jumlahnya hingga aman.
Dalam prosedur laboratorium, keduanya saling melengkapi: sterilisasi untuk alat penting dan media uji, disinfeksi untuk menjaga kebersihan area kerja. Dengan memahami perbedaan ini, laboratorium dapat menjaga keselamatan kerja sekaligus memastikan validitas hasil penelitian.
Greenlab Indonesia
Friday, 19 Sep 2025
Alat Pelindung Diri (APD) merupakan salah satu komponen penting dalam menjaga keselamatan pekerja, terutama di lingkungan berisiko tinggi seperti laboratorium, pabrik, maupun proyek konstruksi. Namun, meskipun APD sudah tersedia, masih banyak pekerja yang mengalami kecelakaan akibat kesalahan dalam penggunaannya.
Artikel ini membahas kesalahan fatal dalam penggunaan APD yang perlu dihindari agar perlindungan tetap maksimal.
Kesalahan paling umum adalah tidak memakai APD sesuai standar. Misalnya, helm proyek yang hanya diletakkan di kepala tanpa mengencangkan tali, atau masker yang dipakai tidak menutupi hidung dan mulut dengan rapat. Hal ini membuat perlindungan menjadi tidak efektif.
Banyak pekerja tidak sadar bahwa APD memiliki batas pemakaian. Contoh:
Sarung tangan kimia yang sudah sobek.
Masker sekali pakai yang digunakan berulang kali.
Helm yang retak akibat benturan.
APD yang rusak justru menimbulkan rasa aman palsu, padahal tidak lagi memberikan perlindungan.
Setiap pekerjaan memiliki risiko berbeda. Contoh:
Menggunakan masker kain di area dengan paparan bahan kimia berbahaya.
Memakai sepatu biasa di lokasi kerja dengan potensi tertimpa benda berat.
APD yang tidak sesuai standar dapat meningkatkan risiko kecelakaan dan paparan berbahaya.
APD harus dirawat secara rutin agar tetap berfungsi baik. Kesalahan yang sering terjadi adalah menyimpan APD dalam kondisi kotor atau tidak membersihkannya setelah digunakan. Misalnya, kacamata pelindung yang dibiarkan berdebu atau masker respirator yang tidak dicuci.
Kesalahan fatal lainnya adalah melepas APD sebelum keluar dari area berbahaya. Banyak pekerja merasa tidak nyaman dan tergesa-gesa, padahal paparan bisa saja masih ada. Hal ini sangat berbahaya terutama di laboratorium dengan bahan kimia atau area dengan debu industri.
APD tidak hanya soal “memakai”, tapi juga cara menggunakannya dengan tepat. Tanpa pelatihan, pekerja sering salah cara memakai respirator, helm, hingga harness. Pelatihan yang minim membuat APD tidak memberikan perlindungan maksimal.
Kesalahan dalam penggunaan APD sering kali terlihat sepele, namun dampaknya bisa fatal bagi keselamatan pekerja. Mulai dari tidak menggunakan dengan benar, memakai APD rusak, hingga melepasnya di area berisiko harus dihindari.
Agar efektif, perusahaan wajib memberikan APD sesuai standar, pelatihan yang cukup, serta perawatan rutin. Dengan begitu, APD benar-benar berfungsi melindungi pekerja dari kecelakaan dan paparan berbahaya.
Greenlab Indonesia
Friday, 19 Sep 2025
Air hujan selama ini dianggap sebagai sumber air alami yang bersih dan menyegarkan. Namun, kenyataannya, air hujan yang turun di perkotaan maupun daerah padat industri sering kali tidak sejernih dulu. Banyak orang mendapati air hujan tampak keruh, berbau, bahkan meninggalkan noda setelah mengering. Lalu, apa penyebabnya?
Salah satu penyebab terbesar turunnya kualitas air hujan adalah pencemaran udara. Gas buang kendaraan bermotor, asap industri, hingga pembakaran sampah menghasilkan zat berbahaya seperti:
Sulfur dioksida (SO₂)
Nitrogen oksida (NOx)
Partikulat halus (PM2.5 dan PM10)
Ketika zat ini bercampur dengan uap air di atmosfer, hujan yang turun bisa menjadi hujan asam atau membawa partikel polutan yang membuat air tampak kotor.
Hujan asam terbentuk ketika emisi gas sulfur dan nitrogen bereaksi dengan air di atmosfer, menghasilkan asam sulfat (H₂SO₄) dan asam nitrat (HNO₃). Dampaknya:
Air hujan menjadi lebih asam (pH rendah)
Menimbulkan korosi pada logam
Merusak ekosistem tanah dan air
Membahayakan kesehatan jika digunakan langsung
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa mikroplastik kini juga dapat terbawa oleh hujan. Partikel plastik yang berasal dari limbah rumah tangga, tekstil, hingga ban kendaraan dapat naik ke udara lalu bercampur dengan awan. Akibatnya, air hujan bisa mengandung partikel mikroplastik yang tak kasat mata.
Turunnya kualitas air hujan bukan hanya masalah estetika, tetapi juga berdampak luas:
Kesehatan: Air hujan yang asam atau tercemar bisa mengiritasi kulit, mata, dan saluran pernapasan.
Pertanian: Hujan asam dapat menurunkan kesuburan tanah dan mengganggu pertumbuhan tanaman.
Infrastruktur: Bangunan dan kendaraan lebih cepat berkarat akibat air hujan yang asam.
Meski tidak bisa mencegah hujan tercemar sepenuhnya, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan:
Mengurangi emisi dengan menggunakan transportasi ramah lingkungan.
Menanam lebih banyak pohon untuk menyerap polutan udara.
Menggunakan sistem penampungan air hujan dengan filter khusus jika ingin memanfaatkannya.
Mendukung kebijakan pengendalian pencemaran udara.
Air hujan yang dulu dikenal bersih kini semakin rentan tercemar akibat aktivitas manusia, polusi udara, dan perubahan lingkungan. Fenomena ini mengingatkan kita bahwa menjaga kualitas udara sangat penting, tidak hanya untuk kesehatan pernapasan, tetapi juga untuk air hujan yang turun ke bumi.
Dengan langkah kecil seperti mengurangi emisi dan menjaga lingkungan, kita bisa membantu air hujan kembali lebih bersih dan layak dimanfaatkan.
Bersama Greenlab Indonesia, mari bangun Indonesia dengan
lingkungan yang lebih baik secara terukur, teratur, dan terorganisir.
Bersama Greenlab Indonesia, mari bangun
Indonesia dengan lingkungan yang lebih baik,
secara terukur, teratur, dan terorganisir.